Rabu, 09 Januari 2013

GENDER


BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
          Menghadapi zaman yang semakin berkembang, terutama pada bidang kebudayaan maka kita sebagai manusia dituntut untuk selektif dalam menghadapi persoalan ini. Karena kebudayaan bersumber dari manusia itu sendiri. Pada tahun 1922 hingga perkembangannya, Ki Hajar membuat konsep yang menjelaskan tentang kebudayaan di indonesia, yang dikonsepkan dalam  pancadarma ( Dasar Budaya ).
          Semakin maju teknologi dan komunikasi, maka pengaruh luar yang masuk ke indonesia harus di seleksi. Karena akan berpengaruh terhadap kebudayaan dalam negeri. Salah satu permasalahan yang kita hadapi adalah timbulnya budaya gender (persamaan) hak laki – laki dan peremuan di negara kita.

B.       RUMUSAN MASALAH
          Bagaimana menghadapi persoalan gender, terutama bagi wanita yang berperan sebagai pendidik ?

C.      TUJUAN
          Untuk mengetahui pengaruh budaya gender bagi wanita dan memberikan pandangan tentang kodrat wanita agar selaras dengan peran wanita sebagai pendidik.



 BAB II
PEMBAHASAN
A.      Dasar Kebudayaan
          Konsep ini mengandung arti, keharusan untuk memelihara nilai dan bentuk kebudayaan nasional. Dalam memelihara kebudayaan nasional itu, yang pertama dan terutama adalah membawa kebudayaan nasional kearah kemajua yang sesuai denga kemajuan masyarakat dan kemajuan dunia guna kepentingan hidup rakyat lahir dan batin sesuai denga perkembangan alam dan zaman.
          Kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang bersifat jasmani dan rohani (berwujud dan tidak) seperti : Baju batik (berwujud), syair/puisi/lagu (tidak berwujud). Manusia berperan sebagai sumber kebudayaan yang memiliki ade / gagasan yang kemudian di kembangkan di dalam masyarakat hingga hasil tersebut menjadi kebudayaan milik bersama.
          KI Hajar memberi konsep, bahwa indonesia adalah negara yang strategis. Mengenai budaya, kita tidak mungkin menlak budaya asing, tapi harus ada filter untuk menyaring kebudayaan asing yang masuk ke indonesia. Indonesia mengalami kontak dengan dunia luar, sehingga semakin maju teknologi dan komunikasi maka semakin besar pengaruh budaya asing yang masuk ke indonesia. Seleksi budaya asing dilakukan dan sesuai dengan kondisi bangsa. Salah satunya “Budaya Gender”.
                  
B.       Kodrat Wanita dan Budaya Gender
          Tentang wanita, maka yang tidak boleh dilupakan adalah “Kodratnya” wanita. Hal ini menjadi keadaan yang nyata dan tidak bisa di ungkiri atau di hindari. Dan sebenarnya harus menjadi bahan pemikiran.
          Wanita nantinya akan menjadi seorang ibu, akan memelihara dan mendidik anak – anak. Dan hal ini tentu berbeda tabiatnya dengan laki – laki, dalam hal lahir dan batin. Dalam hal lahir seperti : pakaian, perbuatan, pekerjaan dan lain – lain. Sedangkan dalam hal batin seperti : cinta kasih, kehalusan, kesucian, kesopanan dan lain – lain.
          Pada zaman sekarang, wasnita di dunia barat sedang asik dan bergerak serta berusaha untuk mendapatkan hak perasaan dengan orang laki – laki. Hal itu memeng wajar, namun lama – kelamaan menimbulkan keadaan yang tidak cocok dengan kodrat wanita. Lambat laun wanita eropa itu tidak hanya minta persaman hak saja, akan tetapi akan mencari persamaan tentang segala hal. Termasuk dalam tabiat dan jiwanya.
          Perasaan hak tidak membuat mereka puas, sehingga mereka minta persamaan, misalnya dalam hal  : berpakaian, dalam kesenangannya dan dalam pekerjaannya. Itulah gambaran wanita eropa pada zaman sekarang yang lupa akan kodratnya, lupa bahwa tubuh wanita itu berbedasekali dengan tubuh laki – laki. Dan persamaan hak tersebut tidak berarti bahwa wanita boleh menjalankan semua tingkah laku atau perbuatan laki – laki dan kemempuan fisik wanita dan laki – laki tentunya berbeda.
          Berhubungan dengan hidup perempuan, secara lahirian tidak semestinya ada persamaan dengan laki – laki. Wanita yang nantinya akan menjadi ibu,akan memelihara dan memdidik anak – anak, sudah barang tentu berbeda tabiatnya dengan laki – laki.
          Dari perbedaan di atas, dapat kita pahami bahwa wanita dan laki – laki memiliki kodrat sendiri – sendiri. Maka dalam menghadapi budaya gender, wanita tidak  seharusnya langsung menerima begitu saja tanpa mengingat kodratnya apalagi berbuat semuanya tanpa menyadari bahwa ia memiliki kodrat yang jelas berbeda dengan laki – laki.     

C.      Wanita Dalam Dunia Pendidikan
          Dunia pendidikan adalah tempat yang selaras dengan kodrat wanita, lahir dan batin. Contonya sebagai guru dalam kesehariannya. Bahwa anak – anak kecil tentunya masih sangat membutuhkan hhubungan batin dengan ibu. Biasanya mereka lebih tertarik denag guru perempuan dari pada guru laki – laki. Dalam menurut kemauan anak – anak, memelihara anak dan bergaul dengan mereka, memeang guru wanita lebih pandai dari pada guru laki –laki.
          Guru laki – laki, meskipun ia mengert akan kewajibannya sabagai guru dan mempunya niat untuk berdekatan denga anak – anak, namun tabiatnya dengan laki – laki tetap ada. Tenang, sabar, ketelitian, pemeliharaan dan cinta kasih, pada umumnya tidak sama dengan wanita.
          Kecintaan adalah ikatan antara guru dengan murid. Yang bisa dinilai dari kehalusan wanita secara umum dan laki – laki yang keras secara tabiatnya masing – masing. Anak – anak tidak hanya memerlukan pendidikan yang bersifat pengajarannya saja (intelektualitas), namun perlu sekalinadanya guru wanita, denga mengingat kodratnya itulah anak – anak akan mendapatkan hubungan lahir dan batin denga penuh kesabaran dan ketekunan.
          Wanita sebagai guru dan perananya sebagai pendidik bagi anak –anak boleh dikatakan sebagai teladan bagi anak- anaknya. Dalam hal ini berpakaian dan berperilaku sehari – hari, anak – anak akan menerima dengan baik apa yang ia tunjukan, jika wanita memerankan kodratnya dengan baik dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan.        



 BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
                 Dalam menghadpi kondisi zaman yang terus berkembang, kita perlu selektif dalam menghadapi budaya – budanya asing yang masuk ke indonesia. Salah satunya adalah budaya gender. Namun dalam menghadapi budaya ini, para wanita diharapkan untuk tetep mengingat kodratnya agar dalam peranannya teteap selarat denga tabiat dan tingkah lakunya, sabagai ibu yang akan memeliharanya dan mendidik anak – anaknya. Dan kodrat wanita adalah berbeda dengan laki – laki. Perlu didiasari bahwa tiap orang memeliki hak, namun di hararapkan agar tetap selarat dengan kodratnya. 
B.       Saran
                 Jangan mudah terpancing denga budanya asing yang kelihatanya bagus, namun selektif dan tetaolah mengingat kodrat masing - masing.




DAFTAR PUSTAKA

Ki Hajar Dewantara.1967.Kebudayaan.Yogyakarta;Percetakan TS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar